Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget Atas Posting

Suku Sigulai atau Suku Salang

Sejarah 


Suku Sigulai kadang disebut juga sebagai suku Salang, adalah suatu komunitas suku yang mendiami pulau Simalur atau Simeulue bagian utara. Suku Sigulai ini sebagian besar bermukim di kecamatan Simalur Barat dan kecamatan Alafan. Mereka juga mendiami sebagian desa di kecamatan Salang, kecamatan Teluk Dalam dan kecamatan Simalur Tengah.
Suku Sigulai termasuk salah satu suku asli di kepulauan Simalur ini, bersama-sama dengan suku Devayan, Lekon dan Haloban. Suku Sigulai ini dahulu berasal dari tempat yang sama dengan suku Devayan, Lekon, Haloban dan Nias serta Mentawai. Karena secara fisik suku Sigulai ini termasuk ke dalam ras mongoloid yang dahulunya bermigrasi ke wilayah ini bersama-sama suku Nias, Mentawai, Devayan, Lekon dan Haloban, dan tersebar-sebar ke beberapa wilayah di pulau dan kepulauan di sebelah barat pulau Sumatra. Salah satunya suku Sigulai ini yang menetap di daerah ini sampai sekarang.

Persebaran
Suku Sigulai merupakan suatu suku bangsa yang mendiami Pulau Simeulue bagian utara. Suku ini terdapat di kecamatan Simeulue Barat, Alafan dan Salang.
Pulau Simeulue atau Simalur merupakan pulau yang berada di barat Sumatera. Pulau ini terkenal dengan hasil cengkehnya. Penduduk kawasan ini juga berprofil seperti orang Nias, dengan kulit kuning dan sipit seperti layaknya orang Tionghoa dan mempunyai bahasa yang berbeda dengan Aceh daratan. Hampir seluruh penduduk kepulauan ini beragama Islam. Setelah masa keemasan cengkeh mulai menurun, sebagian besar masyarakat Simeulue mulai beralih ke perkebunan sawit dan tanaman horikultura sebagai mata pencarian sehari-hari

Sistem Kepercayaan
Masyarakat suku Sigulai mayoritas telah memeluk agama Islam yang begitu kuat mempengaruhi wilayah ini, sehingga beberapa seni-budaya suku Sigulai terasa nilai-nilai Islami nya 

Bahasa
Bahasa Sigulai, masih berkerabat dengan bahasa Devayan, juga dengan bahasa Lekon dan Nias. Walaupun berbeda tetapi masih terdapat kemiripan dalam perbendaharaan kata serta dialeknya. Bahasa Sigulai sendiri saat ini berada di tengah-tengah dominasi bahasa Aneuk Jamee yang menjadi bahasa pengantar di wilayah ini. Selain bahasa Aneuk Jamee, bahasa Aceh juga turut mempengaruhi kehidupan berbahasa suku-suku asli di pulau Simalur ini. Sehingga kalangan generasi muda suku Sigulai cenderung berbicara dalam bahasa Aneuk Jamee dalam kehidupan pergaulannya. Bahasa Sigulai sendiri, tinggal diucapkan di wilayah perkampungan, di rumah-rumah dan kalangan suku Sigulai saja.

Mata Pencaharian
Masyarakat asli Sigulai sebagian besar berprofesi sebagai nelayan. Namun sebagian juga ada yang memilih untuk menjadi petani di sawah untuk bercocok tanam.

Sistem Kekerabatan

Laki-laki memang cenderung merupakan orang yang lebih banyak untuk melakukan segala hal yang berkaitan dengan industri perdagangan. Laki-laki yang sudah dewasa kebanyakan merantau dengan waktu yang lumayan lama untuk meningkatkan kesejahteraan.
Para kaum pria yang keluar dari kampung aslinya bukan semata-mata hanya untuk mencari penghidupan yang cerah akan tetapi juga untuk menapaki proses kedewasaan yang ada pada diri mereka masing-masing. Karena bila dia hanya diam di kampung tersebut, otomatis yang memegang peranan sangat banyak yaitu pihak wanita dengan berbagai larangan yang mereka buat untuk para lelaki.
Hal ini dapat tercermin dengan jelas dari salah satu keluarga dari suku asli Serawai yang menyuruh para kaum laki-laki dewasa untuk pergi merantau meninggalkan kampung asli mereka. Para wanita tersebut berjanji akan menerima lagi para kaum pria kembali jika mereka sudah bisa menghasilkan uang yang melimpah dari hasil berdagang di daerah lainnya.
Bila laki-laki tersebut sudah kembali dan membawa uang banyak namun uang tersebut dari hari ke hari semakin menipis, laki-laki tersebut diminta untuk merantau kembali. Hal ini terjadi terus menerus. Saat laki-laki pergi merantau untuk mendapatkan uang yang melimpah dari hasil berdagang para perempuan juga mempunyai tanggung jawabnya sendiri di kampung yaitu merawat ladang dan sawahnya serta menjaga hasil dari perkebunan yang mereka miliki agar tetap bisa berjalan secara produktif
Kebiasaan atau tradisi yang ada pada suku asli Serawai ini pada awalnya memang berjalan dengan lancar. Akan tetapi sekitar tahun 80-an banyak laki-laki yang memilih untuk melanjutkan hidupnya dengan mempunyai kelurga di kota-kota besar tersebut dan meninggalkan kampung halamannya.


Joko Sunaryanto
Joko Sunaryanto Jangan lupakan jati dirimu. "Sangkan paraning dumadi"

Posting Komentar untuk "Suku Sigulai atau Suku Salang"